Hidupku yang berbeda

Hidupku yang berbeda

Hidupku yang berbeda

Narrinda Niarassati

Hai, perkenalkan namaku Narrinda dan aku seorang interseks dari Indonesia. Usiaku kini sudah 26 tahun. Aku akan bercerita mengenai kehidupan sehari-hariku.

Dilahirkan sebagai seorang interseks, banyak sekali sisi buruk yang aku dapatkan daripada sisi baiknya. Sejak kecil aku berbeda dengan teman-teman yang lain. Anak perempuan seharusnya terlihat cantik, memiliki suara yang lembut, dan kulit yang halus. Tapi aku tidak seperti itu. Suaraku yang besar mirip laki-laki membuat aku menjadi bahan ejekan teman yang lain. Tapi aku bisa melewati semua itu karena aku termasuk anak yang galak. Jika ada yang mengejek pasti akan aku lawan mereka, aku pukul mereka. Jadi mereka tidak memiliki keberanian untuk berbuat seperti itu lagi.

Beranjak remaja, tepatnya ketika aku memasuki Sekolah Menengah Pertama, aku yang berasal dari Kampung harus menyesuaikan diri dengan kehidupan kota. Teman baru berasal dari kalangan elit atau bisa kalian sebut dengan orang kaya. Aku termasuk anak yang beruntung karena bisa menjadi salah satu murid di sekolah yang terkenal ini. Aku diterima karena prestasi yang kumiliki. Aku mendaftar ke sekolah tersebut dengan penghargaan sebagai juara pertama cabang olahraga atletik lari dan lompat jauh. Tapi itu tak membuatku banyak memiliki teman di sekolah. Aku menjadi seorang anak yang dikucilkan. Tidak banyak teman yang kukenal. Itu semua tidak terlepas dari penampilanku yang berbeda. Sedih karena aku selalu menjadi bahan ledekan serta ditertawakan oleh teman-teman. Aku menjadi anak yang pendiam dan selalu sendiri. Sempat aku berpikir untuk berhenti sekolah, tapi pikiran tersebut langsung aku buang karena aku ingat dengan orangtua. Walau di sekolah aku selalu mendapat perlakuan yang tidak baik dari teman-teman, tapi aku tidak pernah bercerita kepada orangtua. Semuanya aku simpan sendiri. Aku bisa lalui semuanya dan aku tetap lanjutkan prestasiku. Aku pun masuk dalam klub atletik di kotaku. Disitu aku memiliki teman. Tidak ada yang mengejek dan melihatku berbeda, semuanya baik kepadaku. Maka dari itu, aku senang sekali menjalani aktifitas latihan. Walaupun di sekolah aku menjadi anak yang pendiam dan menyendiri, tapi di klub aku menjadi anak yang periang.

Memasuki Sekolah Menengah Atas tidak banyak perubahan pada diriku. Hanya saja aku mendapatkan beberapa teman dekat yang bisa menerima keadaan aku yang terlihat berbeda. Di awal semester aku masih tidak terima jika ada yang mengejek. Aku akan pukul orang tersebut. Perlahan dan seiringnya waktu aku sudah menganggap semua itu biasa saja dan tidak menghiraukan mereka yang mengejekku. Aku bisa kuat dan bersikap cuek seperti itu karena memiliki teman-teman yang selalu ada serta memberikan aku semangat. Kelulusan tiba. Aku dihadapkan pada dunia baru. Aku takut dan tidak tahu harus bagaimana setelah lulus dari Sekolah Menengah Atas. Terpisah dari teman-teman baikku dan kembali sendiri, apakah aku akan mendapatkan teman yang baik serta dapat menerima aku yang seperti ini kembali? Pertanyaan itu selalu menghantui aku.

Sebelum aku bercerita tentang kehidupan pekerjaan, aku memilki cerita yang tidak terlupakan semasa Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Menengah Atas. Ketika Sekolah Menengah Pertama aku pernah sakit demam berdarah dan dirawat di rumah sakit. Disana dokter melihat ada yang berbeda dari organ intim aku yang terlihat seperti laki-laki. Mereka menganjurkan agar aku melakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan cara di-USG untuk melihat aku seorang perempuan atau laki- laki. Pemeriksaan dilakukan ketika aku sudah sembuh dan akan pulang dari rumah sakit. Ketika di-USG, aku dan orangtuaku yang sama sekali tidak mengerti hanya mengikuti dan mengiyakan apa yang dokter katakan. Dokter menuangkan cairan di tangannya, lalu berkata “Saya akan lihat melalui lubang belakang (anus) karena dia masih kecil jika lewat depan (vagina)”. Kami hanya mengangguk saja. Lalu dokter memasukkan jari ke lubang anusku berkali-kali. Aku sudah bilang kalau itu terasa sakit, tapi dokter tersebut hanya bilang “Tahan saja, tenang, jangan tegang”. Lalu ia terus melanjutkan pemeriksaan. Setelah selesai, aku diberi semacam foto hasil dari USG tersebut yang menyebutkan aku sebagai perempuan karena memiliki rahim.

Cerita lain yang tidak dapat kulupakan yaitu sewaktu Sekolah Menengah Atas. Aku memiliki seorang guru biologi yang begitu memperhatikan aku. Suatu hari setelah jam pelajaran biologi selesai, aku di panggil oleh guru tersebut untuk menemuinya di ruang guru ketika jam istirahat. Aku kira aku dipanggil karena ada masalah dengan pelajaran tetapi tidak ada masalah dengan pelajaran biologiku. Justru ternyata disana aku ditanya mengenai penampilanku yang berbeda. Dia bertanya mulai dari menstruasiku, suaraku yang besar sampai dia bilang agar aku memeriksakan keadaanku untuk memastikan apakah aku perempuan atau laki-laki. Aku sangat tersinggung dengan perkataannya dan aku jawab bahwa aku sudah pernah melakukan pemeriksaan dan hasilnya adalah aku seorang perempuan. Setelah itu aku pergi. Hari selanjutnya guru tersebut tidak lagi membahas mengenai jati diri aku. Dua kejadian ini tidak akan aku lupakan sampai kapanpun.

Sekarang aku sudah lulus Sekolah Menengah Atas dan aku bekerja di sebuah pabrik sepatu. Dunia baru lagi yang aku hadapi. Aku bekerja seperti biasa dan sesuai dengan apa yang ditugaskan. Aku memiliki beberapa teman seusiaku walaupun tidak terlalu akrab. Aku senang bisa bekerja dan menghasilkan uang dari hasil keringatku sendiri. Tapi semua itu tidak berjalan mulus. Seorang interseks selalu dianggap berbeda. Aku pernah menjadi bahan tertawaan di bagian tempat aku bekerja. Aku sampai menangis tapi tetap ditertawakan. Atasan yang bertugas di bagian tersebut pun tidak peduli dan seolah tidak terjadi apa-apa. Ia membiarkan semuanya mengejek dan menertawakan aku. Aku mendapatkan perlakuan demikian di tempat kerja dua kali. Pertama ketika aku masih menjadi karyawan baru dan belum memiliki banyak kenalan. Kedua, terjadi beberapa waktu lalu yang membuatku sampai harus memilih mengundurkan diri dari perusahaan. Aku tidak kuat dan menyerah dengan semua perlakuan mereka.

Demikian cerita pengalaman hidup aku sebagai seorang interseks dan perlakuan lingkungan sekitar terhadapku. Tidak banyak sisi positifnya karena orang akan melihat aneh jika ada yang berbeda dengan mereka. Padahal perbedaan bukanlah alasan untuk berperilaku yang tidak baik. Justru seharusnya mereka bisa berperilaku lebih baik terhadap orang yang terlihat berbeda. Rangkul, sayangi dan berikanlah perlakuan yang sama dengan yang lainnya karena mereka pun berhak atas semua itu.


This piece has been translated into English – My different life.

Back to top